Daftar Isi: (toc)
Sebenarnya, memelihara ikan koi bukanlah suatu hobi atau hal yang baru. Bahkan, menurut saya fenomena memelihara ikan koi yang sangat booming saat ini sudah terjadi dari dulu.
Saya ingat ketika saya masih di bangku sekolah dasar, pada saat itu paman saya membuat kolam ikan koi di halaman. Mungkin karena dia memang arsitek, jadi pada saat itu kolamnya dibuat bertingkat dan cukup terlihat seni bagi saya yang masih SD waktu itu.
Jadi, bisa dibilang saya sudah mengetahui ikan koi sejak SD. Sejak saat itu juga saya mulai menyukai ikan dan mulai memelihara ikan cupang.
Sejarah singkat ikan koi
Ikan koi sebenarnya ada turunan dari ikan mas (Cyprinus carpio). Ikan mas yang asalnya dari Cina pada jaman dahulu memang memiliki warna yang beragam. Lalu, ikan mas tersebut mulai dibudidaya di Jepang untuk mendapatkan berbagai macam jenis warna yang cantik.
Setelah itu, jadilah ikan koi yang sangat terkenal sekarang dan Jepang adalah negara yang bisa dibilang menciptakan ikan koi dengan berbagai warna tersebut. Sehingga, ikan koi bisa dibilang sudah mendarah daging di Jepang.
Cara memelihara ikan koi
Ikan koi bisa dibilang salah satu ikan yang sangat kuat untuk bertahan hidup. Jika ikan koi dipelihara dengan benar, ikan koi bisa hidup sampai puluhan tahun. Bahkan, ikan koi yang tertua di dunia hidup sampai usia 226 tahun.
Ikan koi tersebut bernama Hanako yang akhirnya mati pada tahun 1977, setelah diteliti sisiknya. Ternyata Hanako berusia kurang lebih 226 tahun. Pemiliknya memang menerima Hanako sebagai warisan dari keluarganya, jadi cukup masuk akal jika Hanako berusia ratusan tahun.
Berapa ukuran kolam ikan koi yang tepat?
Terus terang saya sangat jarang melihat ikan koi dipelihara di dalam aquarium. Kebanyakan ikan koi yang saya lihat dipelihara di dalam kolam yang letaknya di luar ruangan.
Hal ini bukannya tanpa asalan, alasanya adalah ikan koi dapat tumbuh hingga ukuran yang besar. Tentu saja ukuran ikan koi ini berbeda – beda berdasarkan tempat kalian membelinya.
Kalau ikan koi dipelihara dalam aquarium, aquarium tersebut akan sangat cepat menjadi terlalu kecil untuk ikan koi. Lalu, ikan koi tidak akan ada terlalu banyak ruang untuk bergerak nantinya ketika tubuhnya sudah terlalu besar.
Saya pernah bertanya pada sepupu saya yang memelihara ikan koi mengenai perbedaan ikan koi impor dan lokal. Menurutnya, ikan koi impor dari Jepang cenderung memiliki ukuran yang lebih besar dari ikan koi lokal yang dikembangbiakan di Indonesia. Tentu saja dari segi harga juga akan berbeda.
Jadi, kalau kalian ingin memelihara ikan koi, sebaiknya siapkan tempat yang cukup untuk membuat kolam di luar ruangan.
Kolam untuk ikan koi tidak harus langsung yang bagus seperti kolam permanen, tetapi kalian bisa memulai dengan kolam terpal misalnya yang harganya jauh lebih murah dan mudah untuk dibuat.
Kalau bisa, sebaiknya kolam ikan koi dibuat agar bisa menampung minimal 2000 liter – 3000 liter air. Jumlah ini akan berbeda tergantung dari ukuran koi yang akan kalian pelihara.
Tentu saja semakin banyak air yang bisa ditampung maka semakin besar juga kolamnya dan akan bisa menampung ikan koi dengan jumlah dan ukuran yang lebih besar.
Jadi, kalian perlu pastikan akan memelihara ikan koi dengan ukuran berapa agar bisa memaksimalkan ukuran kolamnya nanti.
Oh iya, sedikit informasi tambahan. Kalian perlu ketahui kalau ikan koi bisa loncat keluar kolam. Hal ini sering terjadi pada ikan koi paman saya dulu.
Jadi untuk menghindari ikan koi yang meloncat keluar, mungkin kalian bisa pasangkan jaring atau penutup lain di atas kolam kalian.
Berapa jumlah ikan koi yang tepat?
Jadi, setelah kalian memutuskan untuk membuat kolam ikan koi di luar rumah kalian. Kalian juga harus memikirkan seberapa besar kolam yang bisa kalian buat.
Hal ini nantinya akan menjadi sangat penting ketika kalian akan memelihara ikan koi. Kalian tidak boleh memelihara ikan koi (atau ikan apa pun sebenarnya) terlalu banyak dalam kolam atau aquarium.
Kalau memelihara ikan koi terlalu banyak, maka akan meningkatkan kerentanan terkena penyakit dan kematian. Kenapa begitu? Karena semakin banyak ikan koi yang dipelihara, maka akan semakin banyak kotoran yang dihasilkan.
Tidak hanya kotoran, tapi juga makanan akan lebih banyak dan kemungkinan ada yang tersisa juga akan semakin tinggi.
Jika jumlah ikan yang banyak, kotoran yang banyak, dan juga sisa makanan yang banyak tidak diimbangi dengan jumlah air yang banyak pada kolam dan sistem filtrasi yang memadai, maka akan menyebabkan tingginya kadar amonia di dalam air.
Dengan kata lain, ikan koi kalian bisa keracunan amonia hanya karena jumlahnya terlalu banyak dan tidak sebanding dengan jumlah air dan sistem filtrasi kolam.
Untuk menghindari memelihara ikan koi dengan jumlah yang berlebihan, sebaiknya menggunakan patokan jumlah air. Misalnya, kalian ingin memelihara ikan koi dengan ukuran maksimal 50 cm. Untuk memelihara ikan koi dengan ukuran tersebut, kalian memerlukan paling tidak 1000 liter air untuk 1/2 ikan dengan ukuran maksimal 50 cm.
Jadi, kalau kolam kalian dapat menampung air 3000 liter, jumlah yang paling pas untuk memelihara ikan koi dengan ukuran maksimal 50 cm adalah sekitar 3 – 6 ekor.
Tentu saja jumlah ikan yang bisa dipelihara akan bertambah jika ukuran ikan koi lebih kecil dari 50 cm. Misalnya, untuk ukuran ikan koi sekitar 25 cm, bisa memelihara sekitar 5 ekor untuk 1000 liter air.
Bagaimana sistem filtrasi kolam ikan koi?
Kebersihan air adalah elemen paling penting yang harus dijaga ketika memelihara tidak hanya ikan koi, tapi semua jenis ikan.
Walaupun ikan koi termasuk ikan yang tidak rewel alias bisa tahan dengan lingkungan hidupnya. Tentu saja memberikan kondisi air terbaik akan memperpanjang umur ikan koi kesayangan kalian.
Di sinilah peran penting dari sistem filtrasi. Untuk menjaga kondisi air tetap bersih dan kadar amonia tetap rendah, kalian memerlukan sistem filtrasi yang mumpuni.
Kalian bisa membagi sistem filtrasi menjadi beberapa bagian, misalnya bagian pra-filter, dan bagian filter. Bagian pra-filter bisa diisi dengan saringan yang akan menyaring endapan atau debu halus yang terserap ke filter.
Bagian ini juga bisa disebut filter mekanik, biasanya diisi oleh lapisan spon untuk memisahkan debu – debu halus agar tidak masuk ke bagian filtrasi selanjutnya.
Bagian selanjutnya adalah filter biologis. Pada bagian inilah bakteri pengurai akan memakan amonia dan mengubahnya menjadi nitrat yang jauh lebih aman untuk ikan.
Filter biologis biasanya bisa diisi dengan bola keramik, bola plastik, atau batu yang berongga. Gunanya adalah untuk tempat hidup dan berkembangbiak bakteri pengurai amonia.
Jadi, setelah dari filter biologis, barulah air siap untuk dikembalikan ke kolam. Sehingga kondisi dan kualitas air tetap terjaga.
Hal yang paling penting adalah untuk menggunakan sistem filtrasi yang sesuai dengan jumlah ikan. Di sinilah pentingnya perencanaan saat membuat kolam ikan koi.
Kalian bisa saja membuat sistem filtrasi yang overkill untuk berjaga – jaga ketika kolam berisi banyak ikan koi. Namun, kemungkinan uang yang diperlukan juga akan cukup banyak. Jadi, perlu adanya keseimbangan antara jumlah ikan, jumlah air di kolam, dan sistem filtrasi untuk mendapatkan kolam ikan koi dengan kondisi yang bagus dan dengan funds yang pas untuk di kantong juga.
Apakah ikan koi perlu aerator?
Tidak hanya ikan koi, tapi semua ikan memerlukan oksigen agar bisa bertahan hidup di dalam air. Tentu saja kalian bisa menggunakan aerator untuk meningkatkan oksigen terlarut di dalam air.
Namun, menggunakan aerator untuk meningkatkan kadar oksigen terlarut bukanlah satu – satunya cara. Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan menambahkan pancoran atau air terjun misalnya.
Dengan begitu, akan ada pergerakan air sehingga akan terjadi pertukaran oksigen dan karbondioksida di dalam air. Jadi, menggunakan aerator memang pilihan, tetapi tidak harus dilakukan ketika kolam kalian memiliki pancoran atau air terjun yang membuat ada pergerakan air di permukaan.
Tapi, kalau ikan terlihat kekurangan oksigen walaupun sudah ada pancoran atau air terjun, mungkin menambahkan aerator adalah pilihan yang paling tepat.
Bisa saja hal ini dikarenakan jumlah ikan yang terlalu banyak sehingga oksigen yang terlarut selalu kurang.
Apakah makanan terbaik untuk ikan koi?
Sebenarnya, ikan koi adalah ikan omnivora alias pemakan segalanya. Di habitat aslinya, ikan koi bisa memakan serangga, hingga tanaman dan alga.
Menurut saya, makanan terbaik untuk ikan koi adalah makanan yang paling mudah untuk kalian temukan. Jadi, jika paling mudah menemukan makanan seperti pelet, maka tidak masalah untuk memberikan ikan koi kalian makan pelet.
Hal yang paling penting ketika memberikan makan pada ikan koi adalah jangan memberikan terlalu banyak.
Kalian bisa memberi makan ikan koi mulai dari 1x sehari hingga 2x sehari, ini tergantung dari sistem filtrasi dan jumlah ikan di kolam.
Masalah akan muncul ketika ikan koi kalian banyak dan makanan sering diberikan. Tentu saja kotoran yang dihasilkan oleh ikan koi akan ada banyak juga, dan kemungkinan sisa makanan juga ada banyak.
Lalu, ketika sistem filtrasi tidak kuat untuk membersihkan atau mengurangi amonia, maka ikan koi dapat keracunan amonia.
Jadi, sebaiknya ikan koi diberikan makanan secukupnya saja. Ikan koi sangat tangguh dan dapat bertahan tanpa makan dalam waktu yang cukup lama.
Sehingga, jika diberikan makan 1x sehari pun seharusnya tidak akan menjadi masalah. Intensitas pemberian makan kembali lagi tergantung pada sistem filtrasi dan jumlah ikan yang ada di kolam.
Kalau kalian merasa sistem filtrasi dan jumlah ikan yang ada di kolam seimbang, mungkin bisa memberi makan lebih sering.
Apa penyebab ikan koi mati mendadak?
Sama seperti ikan jenis lainnya, ikan koi juga memiliki berbagai jenis penyakit yang mengintai. Walaupun ikan koi adalah ikan yang kuat dalam bertahan hidup, tapi bukan berarti kebal terhadap penyakit.
Mungkin penyakit yang paling terkenal yang bisa menjangkit ikan koi adalah koi herpes virus (KHV). Biasanya jika ada ikan koi yang terkana virus ini, maka sebagian besar ikan koi di kolam kalian kemungkinan besar akan terjangkit dan mati.
Kalau ikan terjangkit KHV, kemungkinan dapat mati dalam waktu 1 hingga 2 hari dan dapat terjadi pada hampir semua ikan yang ada di dalam kolam yang sama.
Kalaupun ada yang bertahan, kemungkinan ikan tersebut masih membawa KHV dan bisa menularkan pada ikan koi lainnya yang baru ditambahkan ke kolam.
Gejala KHV biasanya adalah ikan kesulitan bernapas, insang terlihat terluka berwarna merah dan putih, hingga mata terlihat cekung.
Selain KHV, penyakit yang bisa terjadi pada kebanyakan ikan juga bisa menjangkit ikan koi, misalnya dropsy dan ich.
Cara mencegah ikan koi agar tidak sakit terletak pada kualitas air. Kualitas air harus dipastikan tetap bagus dengan menggunakan sistem filtrasi yang memadai juga.
Selain itu, ketika membeli atau menambahkan ikan baru ke dalam kolam yang sudah berisi ikan koi di dalamnya, sebaiknya karantina ikan baru tersebut untuk beberapa minggu.
Karantina ikan tersebut dengan tempat terpisah, tempat ini bisa menggunakan aquarium atau ember berukuran besar yang dilengkapi dengan filter dan aerator.
Ketika masa karantina inilah ikan baru tersebut diperiksa keadaannya dan dipastikan tidak sakit dan membawa penyakit yang mungkin bisa menular pada ikan lain.
No comments:
Post a Comment